YOGYAKARTA – Senin (12/6), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) meluncurkan Program Magister Ekonomi. Peluncuran dilaksanakan bersamaan dengan Seminar Nasional bertema Ekonomi Islam di Ruang Amphiteater Gedung Pascasarjana UMY.
Peresmian dilaksanakan langsung oleh Rektor UMY, Gunawan Budiyanto dihadiri Kepala Program Studi Magister Ekonomi, Imamudin Yuliadi serta Pejabat Struktural Program Studi Ekonomi.
Baca juga:
Ustadz Abdul Somad: Cara Bersyukur
|
Prodi Magister Ekonomi UMY sendiri memiliki masa studi 3 semester secara blended learning, memberikan sertifikasi kompetensi nasional atau internasional bagi para lulusan, dan memberi kesempatan untuk mengikuti student exchange dan double degree luar negeri.
Menyampaikan tahniah atas dibukanya prodi baru ini, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Anwar Abbas berharap Program Magister Ekonomi UMY turut memberikan andil konstruktif bagi perekonomian umat.
Dalam seminar tersebut, secara khusus Anwar Abbas menyoroti soal konsep suku bunga. Konsep ini kata dia adalah konsep yang tidak berkeadilan.
Sebab jika suku bunga naik maka akan berdampak terhadap biaya produksi dan biaya produksi akan meningkat. Bila biaya produksi meningkat maka harga-harga akan meningkat dan daya beli manusia akan menurun.
Kemudian, jika daya beli manusia menurun maka keuntungan pengusaha menurun dan kemampuan pengusaha untuk saving menurun dan jika kemampuan pengusaha untuk saving menurun maka kemampuan untuk investasi juga menurun.
“Kemampuan untuk merekrut tenaga kerja juga akan menurun, bila kemampuan untuk merekrut tenaga kerja akan menurun maka pengangguran akan meningkat dan pendapatan secara agregat akan menurun. Selanjutnya bila pendapatan secara agregat akan menurun maka kemiskinan meningkat dan kriminalitas akan meningkat. Jika kriminalitas meningkat maka stabilitas ekonomi akan menurun, ” jelasnya.
Atas permasalahan ekonomi kontemporer yang ada, dia berharap prodi Magister Ekonomi melahirkan gagasan-gagasan alternatif baru yang sifatnya memberi solusi.
Selain Anwar Abbas, dalam seminar ini hadir Wakil Komisaris Utama Bank Syariah Indonesia, Adiwarman Karim dan Dosen Program Studi Ekonomi FEB UMY, Lilies Setiartiti.
Adiwarman Karim dalam materinya menyampaikan tiga ciri ekonomi syariah, yakni kehalalan transaksi, kethayyiban transaksi, dan keberkahan.
“Lalu ciri yang terakhir adalah berkah, dalam ilmu ekonomi berkah ini disebut positif eksternalitas yang mana memberikan kebaikan-kebaikan pada lingkungannya, ” terangnya. Sedangkan Dosen Program Studi Ekonomi FEB UMY, Lilies Setiartiti menyampaikan materi tentang green economy selaras dengan konsep pembangunan keberlanjutan.
Dengan tiga core kegiatan utama yaitu reduce, recycle dan reuse ini merupakan tiga pilar green economy. Di sisi lain muncul gerakan-gerakan baru yaitu low carbon economy.
“Dengan adanya low carbon economy yang mana pembangunan menghasilkan low carbon dan mempertahankan ekonomi dan sosial melalui aktivitas ekonomi dengan emisi gas rumah kaca dan intensitas emisi gas rumah kaca dalam level yang sangat rendah, ” tuturnya. (afn)